
Mengajar Bahasa Jawa melalui Berbagai Perspective Teori
Saya menjadi guru Bahasa Jawa hampir 9 tahun. Sebelumnya saya sudah mengajar di sebuah TK di kota Semarang selama lebih kurang 4 tahun . Bagi saya, menjadi guru Bahasa Jawa adalah sebuah tantangan tersendiri karena berawal dari paksaan orang tua. Selama kurun waktu 9 tahun, saya terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi dunia Pendidikan terutama memperkenalkan Bahasa Jawa kepada generasi muda. Bahasa Jawa menjadi warisan budaya dari leluhur yang mempunyai ciri khas tersendiri yang Allah tetapkan di Indonesia bagian Jawa Tengah. Bagi sebagian anak atau peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran Bahasa Jawa adalah mata Pelajaran yang sulit dibanding Bahasa Inggris dan itu menjadi tantangan saya sendiri sebagai guru Bahasa Jawa. Mengajar sebagai guru Bahasa Jawa perlu mengembangkan berbagai metode yang mendukung proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pengalaman saya dimulai dengan memperkenalkan dasar-dasar bahasa Jawa, seperti aksara Jawa, tata bahasa, dan kosakata dasar, serta budaya yang terkait dengan bahasa tersebut. Saya berfokus pada mengembangkan keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan dalam konteks budaya yang kaya, serta pentingnya bahasa Jawa dalam memperkuat identitas budaya lokal.
Pengajaran dimulai dengan memberikan materi secara bertahap sesuai dengan kemampuan siswa. Untuk siswa pemula, saya menggunakan metode komunikasi langsung, dengan memberikan banyak contoh dalam percakapan sehari-hari serta memberikan LKPD yang berisi kosa kata Jawa. Dalam mengajarkan aksara Jawa, saya menggunakan alat bantu visual dan aplikasi interaktif untuk mempermudah siswa memahami bentuk dan cara menulis aksara tersebut. Aplikasi interaktif yang sering digunakan adalah Wordwall agar anak bisa belajar dan bermain untuk mengenal bentuk aksara Jawa. Selain itu, saya juga mengadakan kegiatan budaya di dalam KBM seperti pelatihan menyanyikan tembang macapat atau cerita rakyat dalam bahasa Jawa untuk memperkaya pengalaman belajar mereka, serta Latihan mengisi TTS (teka teki silang) yang berkaitan dengan materi tersebut.
Penting bagi saya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka, di mana siswa merasa bebas untuk mencoba berbicara tanpa rasa takut membuat kesalahan. Di samping itu, penggunaan teknologi seperti media sosial atau platform pembelajaran online juga menjadi alat yang efektif untuk melibatkan siswa lebih dalam lagi dalam proses belajar. Teori yang Mendukung antara lain: Pertama, Teori Pembelajaran Konstruktivisme (Jean Piaget dan Lev Vygotsky). Teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman mereka. Dalam konteks mengajar Bahasa Jawa, saya mengajak siswa untuk aktif dalam proses belajar dengan menggunakan pengalaman mereka sehari-hari untuk menghubungkan kata dan frasa dalam bahasa Jawa. Pembelajaran lebih berfokus pada interaksi langsung dan kolaborasi antara siswa, di mana mereka belajar melalui kegiatan nyata seperti percakapan dan bermain peran atau drama Jawa. Kedua, Teori Pembelajaran Sosial (Albert Bandura). Bandura mengemukakan bahwa pembelajaran juga terjadi melalui observasi dan imitasi. Dalam kelas Bahasa Jawa, saya menerapkan model pembelajaran sosial dengan menunjukkan bagaimana bahasa Jawa digunakan dalam konteks sosial dan budaya. Saya sering mengajak siswa untuk melihat contoh percakapan atau situasi yang menunjukkan penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, yang kemudian mereka tiru dan aplikasikan. Pembelajaran tersebut biasanya memanfaatkan media Youtube. Ketiga, Teori Pembelajaran Multimodal (Richard E. Mayer). Pembelajaran multimodal menekankan penggunaan berbagai jenis media dan saluran komunikasi untuk memfasilitasi pemahaman siswa. Saya menggunakan kombinasi antara penjelasan verbal, gambar, video, serta aplikasi teknologi untuk membantu siswa memahami bahasa dan budaya Jawa. Pembelajaran yang melibatkan berbagai saluran ini terbukti meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Keempat, Teori Pengajaran Berbasis Budaya (Cultural Relevance Theory). Teori ini menekankan pentingnya mengaitkan materi ajar dengan budaya dan latar belakang siswa. Mengajarkan Bahasa Jawa tidak hanya tentang penguasaan bahasa itu sendiri, tetapi juga pengenalan dan pemahaman terhadap budaya Jawa. Dengan mengintegrasikan cerita rakyat, adat, dan tradisi Jawa dalam pengajaran, siswa dapat melihat hubungan yang erat antara bahasa dan budaya mereka.
Dengan pendekatan yang beragam dan teori-teori yang mendasari, pengalaman saya mengajar Bahasa Jawa dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik, dan bermanfaat bagi siswa.
Oleh : Masitoh, M.Pd.