
Selamat dan Sukses Atas Diraihnya Akreditasi A Tahun 2023
Alhamdulillah Selamat dan Sukses SMPIT Harapan Bunda Semarang Atas Diraihnya Akreditasi A.
Alhamdulillah Selamat dan Sukses SMPIT Harapan Bunda Semarang Atas Diraihnya Akreditasi A.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadi kabar baik bagi bangsa dan negara ini. Masyarakat mulai memprioritaskan bahwa sektor pendidikan menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kesadaran dengan terpenuhinya pendidikan yang baik, tidak hanya tumbuh dikota-kota besar, dirumah- rumah mewah, tetapi juga tumbuh disekat rumah-rumah kecil, digang-gang sempit, dan diperkampungan yang jauh dari akses apapun mulai sadar bahwa kebutuhan pendidikan yang berkualitas merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi.
Pendidikan berkualitas tentu harus memenuhi segala aspek yang dibutuhkan dalam kebelangsungannya, salah satunya harus terpenuhinya kebutuhan buku bacaan siswa. Kebutuhan buku bacaan sangat penting bagi siswa, belajar dari pendahulu kita bahwa tokoh-tokoh besar yang berperan mengubah bangsa ini menjadi lebih baik, memliki kebiasaan dan kegemaran membaca di masa kecil. Sehingga momentum terbaik untuk melatih siswa agar memiliki kebiasaan dan kegemaran membaca, harus dilatih mulai dari bangku sekolah sejak dini.
Dua tokoh yang pernah penulis dengar yaitu Menko Kemaritiman dan Menko Polhukam, menyampaikan bahwa:
“Saya dari kecil sudah yatim piatu dan saya bersyukur saya gemar membaca dari kecil sehingga buku yang ada diperpustakaan sekolah SMP, SMA, Kuliah sudah banyak yang saya baca, itu bekal sukses saya saat ini”. Menko Kemaritiman
Dan Menurut Menko Polhukam mengatakan bahwa “Modal kemampuan saya saat ini butuh belasan tahun dimulai waktu sekolah dulu, kesukaan saya berpidato, menulis, dan saya suka buku, saya baca semua, koran juga saya baca, sehingga banyak referensi saat saya ditanya.. Sedikit dari banyaknya orang yang bersyukur bahwa dimasa sekolahnya mereka disibukkan dengan aktivitas yang bermanfaat yaitu membaca.
Diera sekarang, seharusnya sekolah tidak lagi sekedar hanya memiliki sebuah perpustakaan, tetapi sekolah harus memastikan keberlangsungan kemajuan perpustakaan tersebut. Memastikan bahwa perpustakaan dikelolala oleh tenaga profesioanal, memiliki ruangan yang nyaman dan representative untuk membaca, memastikan koleksi perpustakaan update yang terus mengikuti perkembangan. Sehingga perpustakaan mampu memberikan pelayanan terbaik, memenuhi segala kebutuhan siswa, dan membuat siswa tertarik terus ke perpustakaan sekolah.
Bertepatan tanggal 14 September yang ditetabkan sebagai Hari Kunjung Perpustakaan, saya berharap bahwa perpustakaan akan selalu menjadi sumber untuk kemajuan pendidikan yang berkualitas, serta selalu mengikuti perkembangan zaman agar perpustakaan bisa memenuhi kebutuhan siswa dengan baik. Semoga dengan pemberdayaan perpustakaan secara maksimal, menumbuhkan pendidikan berkualitas yang menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berakhlak, berprestasi, dan bermanfaat bagi sesama.
Oleh : Aziz Muntaha, A.Md.
🏆 INFO PRESTASI SPANDA 2023 🏆
Assalamualaikum Wr Wb
Barakallah Fiikum kepada
Thalita Ismaning Tyas kelas 9C
yang telah meraih
🥇 Medali Emas Olimpiade PPKn SMP The Best Of Indonesian Student Competition Tingkat Nasional Tahun 2023
Semoga prestasi yang diraih dapat menginspirasi siswa-siswi SPANDA untuk semakin bersemangat dalam berkarya Aamiin
Wassalamualaikum Wr Wb
#SalamPrestasi
#PrestasiSPANDA
#SPANDAJAYA
#PPDB24/25
Barakallah Fiikum kepada
Yehanindya Gading Athaya Zabrina kelas 9C
yang telah meraih
🏆 Juara 3 Lomba Menyanyi pada Semarang Open Instrumen Competition (SOIC) Tingkat Kota Semarang Tahun 2023
Semoga prestasi yang diraih dapat menginspirasi siswa-siswi SPANDA untuk semakin bersemangat dalam berkarya Aamiin
Wassalamualaikum Wr Wb
#SalamPrestasi
#PrestasiSPANDA
#SPANDAJAYA
#PPDB24/25
Merdeka.. Merdeka.. Merdeka.. Allahuakbar..!!
Pekik kemerdekaan mulai menggema seantero raya Indonesia. Bendera, umbul-umbul indah menari berjejer rapi, disertai tawa riang warga yang mengisi sore dengan ragam lomba dan aksi.
Gema kemerdekaan yang diperoleh dengan bersusah payah, bukan hanya sekedar materi dan tenaga, namun tak jarang nyawa sebagai taruhannya. Maka dari itu, akan sangat tidak bijak jika kita sebagai penerus bangsa menyia-nyiakan perjuangan mereka dan melemahkan semangat kemerdekaan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, bahkan saling bertikai satu sama lain. Sangat miris tentunya, ketika sama-sama kita saksikan hampir setiap hari berita yang muncul di berbagai media adalah berita-berita negative, terutama berita kriminal yang merajalela hampir di seluruh pelosok negeri. Kesia-siaan lain yang dapat kita saksikan bersama yaitu adanya upaya penjajahan yang bersifat melenakan seperti maraknya game, fashion, makanan, yang membuat generasi masa kini semakin terbelenggu. Ditambah lagi gaya hedonis yang ditampilkan oleh para publik figur seperti selebgram, konten kreator, dan sejenisnya yang seharusnya dapat menjadi panutan dalam hal yang positif, tetapi malah terkadang sebaliknya.
Gaya hedonis ini membawa dampak yang begitu besar pada melemahnya semangat kemerdekaan terutama untuk kalangan remaja. Banyak kaum muda Indonesia yang kini berorientasi pada materi dan semakin memiliki pemikiran yang pragmatis. Bagi mereka, kekayaan adalah segalanya bahkan jika harus saling menyakiti teman atau saudara sendiri tak menjadi masalah karena yang penting bagi mereka dapat eksis di manapun. Tak jarang pula gaya hedonis ini diwujudkan melalui berbagai cara yang tidak sesuai dengan kaidah agama maupun budaya luhur bangsa. Misal, maraknya prostitusi dan LGBT di kalangan remaja, semakin sering kita jumpai. Seringnya alasan keluar dari mereka melakukan hal demikian dikarenakan tuntutan ekonomi yang bagi mereka tidak cukup. Penyimpangan sosial dilakukan dengan dalih agar dapat merubah nasib, menjadi kaya dan merasa diterima. Mereka tidak sadar bahwa bahaya dari penyimpangan ini bukan hanya mengintai mereka, tetapi justru mengancam seluruh kelangsungan umat manusia. Masih ingat cerita kaum Nabi Luth kan? Cerita ini bukan fiktif atau dongeng, tetapi sudah ada bukti nyata betapa murkanya Allah pada manusia yang demikian.
Agustus tahun ini, Indonesia akan memasuki usia yang ke 78 tahun. Usia yang telah melampaui usia Rasul panutan kita Muhammad SAW. Usia yang lebih dari sekedar matang untuk membawa Indonesia pada terwujudnya generasi emas tahun 2025. Beragam cara telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kemerdekaan dalam berbagai bidang, salah satunya pendidikan yang dirombak secara besar-besaran guna mengembalikan lagi hakikat pendidikan yang bermuara pada tercapainya kemerdekaan dalam belajar baik untuk murid, guru maupun sekolah. Kemerdekaan yang bukan berarti kebebasan dalam melakukan segala hal, tetapi kemerdekaan guna menuju kesejahteraan bagi masyarakat.
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) diterapkan guna mengubah paradigma pendidikan yang dulunya bersifat kaku, harus begini dan begitu, menjadi pendidikan yang berpihak pada murid dan memanusiakan manusia. Pada IKM ini murid diharapkan dapat berkembang sesuai karakteristik dan potensi yang dimilikinya, sedangkan guru berperan penuh sebagai fasilitator yang menuntun terwujudnya cita-cita anak didiknya. Sudah tidak zamannya lagi guru mendominasi dan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi murid, ditengah perkembangan arus informasi dan teknologi yang telah murid kita kuasai. Sama halnya dengan murid, guru pun harus dapat selangkah lebih maju dalam mengasah ilmu. Zaman sekarang, guru harus melek teknologi dan selalu update informasi. Istilah sebuah kata, “jika guru malas belajar, maka berhentilah menjadi guru”. Oleh karena itu, pengembangan potensi wajib hukumnya bagi profesi mulia ini.
Tidak ada istilah santai lagi untuk sekedar ikut arus, tetapi menjadi seorang guru harus bisa membawa perahu menerjang badai. Seperti yang telah disampaikan pada paragraf sebelumnya, yaitu maraknya hal-hal negatif yang semakin menjadi. Maka dari itu, tantangan guru di masa ini tidaklah mudah. Tapi inilah cara kita sebagai seorang pendidik dalam mengisi kemerdekaan, yaitu turut berkembang mengikuti zaman dan perupaya menyiapkan generasi emas Indonesia yang berakhlakul karimah.
Oleh : Revita Yanuastuti, S.Pd.
Tidak perlu diragukan lagi kehebatan media sosial dalam mempengaruhi pola pikir dan cara pandang hidup seseorang. Informasi pendidikan, kesehatan, ekonomi, investasi, peluang kesempatan karir semua tersedia di media sosial. Begitu menjamurnya medsos ini di tengah-tengah kehidupan kita dan tak sedikit pengguna menjadikannya sebagai ajang mencari popularitas, baik itu berupa prestasi atau ketenaran, bahkan sebagai sumber penghasilan. Terbukti hanya dengan kekuatan netizen Indonesia dapat menjatuhkan dan menaikkan pamor seseorang. Masih ingat dengan kondisi jalan salah satu kota di Indonesia yang tak kunjung diperbaiki hingga membuat salah satu pemuda lokal memviralkan melalui akun media sosialnya. Tanggapan datang dari seluruh netizen, salah satunya ialah kecaman terhadap pemerintah. Kasus anak seorang pejabat yang harus mendekam di jeruji besi karena terlibat aksi pengeroyokan, hingga mempengaruhi pamor orang tuanya sehingga dicopot dari jabatanya. Seruan dan serbuan dari netizen Indonesia datang tidak hanya dari kalangan anak muda, melainkan juga orang tua.
Banggakah kita menjadi bagian dari netizen Indonesia? Atau banggakah kita sebagai penduduk Indonesia? Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia bahwa masyarakat Indonesia mendapatkan predikat sebagai salah satu penduduk teramah di antara beberapa penduduk di berbagai negara. Akan tetapi semuanya berbanding terbalik dengan fakta di media sosial, bahwa penduduk Indonesia terkenal dengan karakter bar-barnya sehingga menjadi tidak ramah di mata dunia. Jika sudah seperti ini, lantas siapa yang harus disalahkan? Pemerintah? Masyarakat? Atau sistem pendidikan di Indonesia? tidak cukupkah kita mendapatkan materi terkait pendidikan karakter bagi anak-anak bangsa? Kurangkah kita sebagai pengajar dan pendidik menanamkan nilai-nilai karakter pada anak bangsa? Bahkan kurikulum yang saat ini mengusung nilai-nilai pelajar pancasila, masih membutuhkan proses kerja keras untuk sampai ke arah tujuan.
Generasi Z sebuah sebutan untuk generasi anak bangsa saat ini. Kita sebagai pendidik dan pengajar senantiasa memberikan teladan dan keteladanan, akan tetapi itu tetap dirasa kurang jika hanya dilakukan oleh pendidik atau pengajar saja. Untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter positif tidak hanya dilakukan di ruang lingkup sekolah saja, melainkan perlu dilakukan dan digerakkan di luar lingkup sekolah, di antaranya keluarga dan masyarakat. Keluarga sebagai teladan yaitu orang tua dan anggotanya merupakan anak-anaknya. Lingkup masyarakat ialah diri kita sendiri dan tetangga serta masyarakat. Akan tetapi, terdapat satu kegiatan yang berada di luar lingkup sekolah namun tetap terkontrol oleh pihak sekolah bahkan masyarakat, yaitu melalui kegiatan pramuka. Pada dasarnya, pramuka merupakan kegiatan di luar sekolah yang mengajarkan rasa untuk mencintai alam, menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kekompakan serta kedisiplinan yang beramalkan Tri Satya dan Dasa Dharma.
Pendidikan kepramukaan sangat relevan dengan pendidikan karakter bangsa, karena di dalam gerakan pramuka merupakan lembaga yang menggunakan prinsip pendidikan dalam arti yang luas, bertumpu pada belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup bermasyarakat, dan belajar untuk mengabdi. Keempat hal tersebut sangat sesuai dengan nilai-nilai karakter yang ditanamkan ke anggota gerakan pramuka yang berupa komitmen diri berupa Kode Kehormatan Pramuka berupa “satya atau janji” (Dwi Satya dan Tri Satya), ketentuan moral berupa Dwi Dharma dan Dasa Dharma Pramuka. Langkah-langkah penanaman karakter pada anggota pramuka ditanamkan melalui pencapaian Syarat-Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat-Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda, serta kegiatan lain berupa pesta siaga, jambore, raimuna, bakti pramuka, dan pramuka peduli.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang tertanam dalam Dwi Dharma dan Dasa Dharma Pramuka sangat relevan untuk membekali generasi penerus dari kemerosotan moral yang patut dijadikan sebagai pemikiran dan bahan rujukan bersama pendidik, masyarakat, orang tua, dan pemerintah. Pramuka sebagai salah satu pemecahan masalah bersama, menjawab sebuah tantangan dalam pendidikan karakter baik di dunia nyata maupun maya.
Kembali lagi pada persoalan sebagai pengguna media sosial, baik buruknya media sosial terletak pada niat dan tujuan dari pengguna. Seberapa bijak kita dalam mengkonsumsi dan menerima sumber informasi. Apakah langsung telan tanpa mengunyah atau mengunyahnya terlebih dahulu kemudian menelannya? Kita berharap semua anak bangsa mampu memahami dengan baik makna yang terkandung dalam Dwi Dharma dan Dasa Dharma Pramuka, sehingga paling tidak dapat membuka mata kita serta akan lebih bijak dalam penggunaan media sosial.
Oleh : Sisca Afriyanti, S.Pd.
🏆 INFO PRESTASI SPANDA 2023 🏆
Assalamualaikum Wr Wb
Barakallah Fiikum kepada
Bilqis Salsabila Fatikha kelas 9D
yang telah meraih
🥈 JUARA 2 Kyorugi Pertandingan Z’Blast Kejuaraan Taekwondo Festival 2023 Tingkat Kota Semarang
Semoga prestasi yang diraih dapat memotivasi siswa-siswi SPANDA untuk semakin bersemangat dalam berkarya Aamiin
Wassalamualaikum Wr Wb
#SalamPrestasi
#PrestasiSPANDA
#SPANDAJAYA
SMPIT Harapan Bunda Mengucapkan Selamat Milad JSIT Indonesia
31 Juli 2003- 31 Juli 2023
JSIT Bertumbuh, Indonesia Maju✨✨✨
I’m Ready For Watasiwa SMPIT Harapan Bunda 2023 dengan Tema
” Mewujudkan Pemuda yang Tangguh, Disiplin Mandiri Tanggung Jawab dan Berakhlak Terpuji”
Selamat Datang Selamat Belajar Kembali Siswa Kelas VII dan VIII SMPIT Harapan Bunda Semarang
” Semangat Belajar Semangat Berprestasi”