
Makna Isra Mi’raj terhadap Generasi Milenial di Era Global
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba‑Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda‑tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(QS. Al-Isra’ : 1)
Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang selalu diperingati dengan penuh makna oleh umat Muslim di seluruh dunia. Kejadian Isra’ Mi’raj adalah mu’jizat sebab perjalanan sejauh itu dengan naik ke langit lapis tujuh sampai ke sidratul muntaha adalah jarak yang tidak mungkin ditempuh dengan kendaraan apapun yang dimiliki manusia, baik pada saat itu maupun pada zaman teknologi yang sangat canggih seperti sekarang. Untuk mencapai bintang terdekat saja dari bumi dengan mengendarai pesawat tercepat di dunia “Challanger” dengan kecepatan 20 ribu km perjam, para ilmuwan mengatakan itu membutuhkan 428 tahun. Sungguh luar biasa kejadian isra’ mi’raj sebagai bukti keagungan Allah sekaligus sebagai bukti bahwa manusia bagaimana pun pencapaian keilmuannya masih tetap tidak ada apa-apanya dibanding dengan kemahakuasaan Allah Swt.
Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Isra’ Mi’raj merupakan momen spiritual yang luar biasa, perjalanan ini memberikan banyak pelajaran dan pedoman berharga bagi generasi muda zaman sekarang. Meskipun peristiwa ini terjadi lebih dari 1400 tahun yang lalu, pesan moral dan spiritual yang terkandung di dalamnya tetap relevan dan dapat menjadi panduan untuk menjalani kehidupan remaja sekarang. Adapun nilai-nilai tersebut meliputi; Pertama, keberanian dan ketabahan, Isra’ Mi’raj menunjukkan keberanian dan ketabahan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi cobaan dan ujian yang tidak dapat dibayangkan oleh kebanyakan orang. Bagi remaja zaman sekarang, pesan ini mengajarkan arti pentingnya memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan, menjalani kehidupan dengan penuh ketabahan, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan. Kedua, pendidikan spiritual, perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit memberikan pelajaran tentang pentingnya pendidikan spiritual. Para remaja jaman sekarang dapat mengambil inspirasi untuk mendekatkan diri dengan Allah, merawat kehidupan spiritual, dan mendalami ilmu pengetahuan agama. Pendidikan spiritual ini akan menjadi landasan kuat dalam menghadapi kompleksitas dunia modern. Ketiga, toleransi dan kerukunan antarumat beragama, Isra’ Mi’raj juga melibatkan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi dan rasul sebelumnya. Pesan ini mendorong remaja untuk menghargai kerukunan antarumat beragama, memahami perbedaan, dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai toleransi yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat saat ini. Keempat, kepedulian sosial, sebagai bagian dari perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW juga menerima perintah untuk menjalankan shalat lima waktu. Pesan ini mengingatkan kepada para remaja akan pentingnya memiliki kepedulian sosial, membantu sesama, dan berpartisipasi aktif dalam membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan. Kelima, keutamaan ilmu pengetahuan, perjalanan Isra’ Mi’raj mencakup momen di mana Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk memasuki Baitul Maqdis dan melakukan shalat di sana. Hal ini menegaskan pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam Islam. Remaja zaman sekarang diingatkan untuk mengejar pengetahuan dengan tekun dan memahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan bagian integral dari ibadah.
Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW menyimpan banyak pelajaran berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi remaja zaman sekarang. Keberanian, ketabahan, pendidikan spiritual, toleransi, kepedulian sosial, dan pemuliaan ilmu pengetahuan adalah nilai-nilai yang dapat membimbing remaja untuk menjalani kehidupan dengan makna dan tujuan yang benar. Dengan memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai ini, remaja dapat menjadi pribadi yang tangguh dan bermanfaat bagi masyarakat.
Perjalanan Isra’ mi’raj merupakan peristiwa penerimaan ibadah shalat langsung dari Allah swt. Tidak ada ibadah dalam Islam yang diserahkan langsung oleh Allah kepada Rasulullah saw kecuali shalat. Selain shalat, semua ibadah diterima melalui malaikat Jibril. Dari sini nampak betapa agungnya ibadah shalat. Dalam pembukaan surah Al Mu’minuun ketika Allah swt menyebutkan ciri-ciri orang mu’min yang bahagia, penyebutan itu dimulai dengan shalat “alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun” dan ditutup dengan shalat “walladziina hum ‘alaa shalawaatihim yuhaafidzuun”. Para ulama tafsir ketika menyingkap rahasia ayat ini mengatakan bahwa itu menunjukkan pentingnya shalat. Bahwa shalat merupakan barometer ibadah-ibadah yang lain. Bila shalat seseorang baik, maka bisa dipastikan ibadah-ibadah yang lain akan ikut baik. Sebaliknya bila shalat seseorang tidak baik, maka bisa dipastikan ibadah-ibadah yang lain tidak akan baik. Itulah makna ayat: “Innash sholaata tanhaa ‘anil fahsyaai wal mungkar (sesungguhnya shalat pasti akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar)” (QS. Al Ankabuut: 45). Nabi saw bersabda: “Awwalu maa yuhasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamati ashshalaatu (yang pertama kali kelak di hisab pada hari Kiamat adalah ibadah shalat)”.
Peristiswa Isra’Mi’raj juga menunjukkan keterkaitan antara dua masjid yaitu masjid Al haram dan masjid Al Aqsha menunjukkan bahwa Allah SWT sangat mencintai masjid dan bahwa semua bumi ini diciptakan oleh Allah untuk tempat bersujud. Semua masjid di manapun berada adalah sama, milik hamba-hamba Allah. Siapapun yang mengaku beriman ia pasti mencintai masjid dan meramaikannya. Allah berifirman: “Yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At Taubah:18). Dalam sejarah kita menyaksikan Nabi SAW selalu membangun masjid setiap singgah di suatu tempat.
Oleh: Misbahul Munir