Filosofi dan Makna Idul Fitri
Gema Takbir 1 Syawal 1443 Hijriah sebentar lagi akan tiba. Suatu momentum yang sangat besar bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia. Alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil menjadi satu pertanda berakhirnya bulan Ramadahan yang mulia dan mulainya bulan syawal. Sudah menjadi bagian dari tradisi di Indonesia, malam hari raya Idul Fitri mengadakan takbir keliling. Hal tersebut merupakan manifestasi kebahagiaan umat Islam dan juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ” Dalam hadist nabi, Rasulullah SAW bersabda “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih kita tujukan untuk mensucikan Allah dan semua yang berhubungan dengan-Nya. Kalimat tahmid sebagai puji syukur kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara kalimat tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa.
Makna Idul Fitri secara bahasa, kata Id dan Fitri. Id berdasar dari akar kata ada – yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci.
Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya :”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.” Dalam Riwayat lain: “Nabi SAW Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari). Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alayh). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Bagi ummat Islam yang telah selesai melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”
Idul Fitri dalam Filosofi Bahasa Jawa
Dalam bahasa Jawa, hari raya Idul Fitri disebut juga dengan istilah “lebaran”. Lebaran mengandung maksud lebar-lebur-luber-labur. Lebar artinya kita lebar atau selesai dari kemaksiatan. Lebur artinya kita lebur dari dosa. Luber artinya mendapatkan banyak atau luber dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah SWT. Labur artinya bersih atau dilabur menjadi putih bersih dari dosa.
Salah satu yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri adalah melabur rumah dan membuat ketupat. Dua kegiatan ini memiliki makna yang cukup dalam apabila kita pahami. Melabur rumah memiliki makna membersihkan dhohir atau sesuatu hal yang tampak. Disamping pembersihan batin yang telah di lakukan selama bulan Ramadhan, dilakukan pembersihan dhohir juga salah satunya dengan melabur rumah. Selain melabur rumah, masyarakat juga terbiasa membuat ketupat. Adapun makna filosofis yang terkandung dari makanan ketupat, antara lain; Pertama, Dalam bahasa Jawa ketupat diartikan dengan ngaku lepat atau mengaku kesalahan. Kedua, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Ketiga, Kemana pun arah yang ingin ditempuh, manusia hendaknya tidak akan lepas dari pusatnya yaitu Allah SWT. Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah. Keempat, rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Kelima, warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Keenam, butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Ketujuh, janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang cahaya atau sejatine nur atau cahaya. Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan. Kedelapan, santen yang ada di masakan ketupat adalah suwun pangapunten atau memohon maaf. Kesembilan, anyaman-anyaman diharapkan memberikan penguatan satu sama lain dan memberikan penguatan antara jasmani dan rohani.
Pemaknaan hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat positif seperti menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturahmi tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti Halal bi Halal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan dan mengikatkan hubungan kerabat. Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturahmi sudah tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa menggunakan jejaring media sosial seperti telepon, wa, facebook, twiter dan sebagainya. Begitulah pentingnya silaturahmi sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka berpisah”. (HR.Daud, Tirmidzi&Ibnu Majah)
Hikmah Idul Fitri bagi seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya, ia akan memiliki sikap yaitu pertama, ia tetap istiqomah memegang agama tauhid yaitu islam, ia tetap akan berkeyakinan bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan berkata yang benar. Ketiga, ia tetap berlaku sebagai abid, yaitu hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya.
Mudah-mudahan berkat ibadah selama bulan Ramadhan yang dilengkapi dengan menunaikan Zakat fitrah, InshaAllah kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrohnya, karena ibadah puasa Ramadhan berfungsi sebagai tazkiyatun nafsi yaitu mensucikan jiwa dan Zakat fitrah berfungsi sebagai tazkiyatul badan, yaitu mensucikan badan, maka setelah selesai ibadah puasa dan menunaikan zakat, seorang muslim akan kembali kepada fitrohnya yaitu suci jiwanya dan suci badanya.
Dalam kesempatan berlebaran di hari raya yang suci ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan. Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri serta senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak terdapat noda dan kotoran seraya mengucapkan Minal Aidin Walfaizin Mohon Ma’af Lahir dan Batin. Semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan kepada kita semua.
Oleh : Ropiatun Nafisah