Bangun Leadership Siswa melalui Pendekatan Student Agency dalam Pembelajaran…
Kemampuan siswa untuk terlibat aktif dan memimpin proses pembelajaran di kelas biasa disebut dengan Student Agency. Menurut pakar Pendidikan Margaret Vaughn dalam buku Student Agency in the Classroom: Honoring Student Voice in the Curriculum, pendekatan Student Agency menjadikan siswa lebih aktif dan ada rasa kepemilikan dalam pembelajaran karena mereka dilibatkan dalam merancang pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Inggris kelas VII dan VIII tahun ajaran 2024/2025 yang dimulai sejak Juli 2024, mencoba menerapkan 4 aspek Student Agency yang sering kita singkat dengan VCO yaitu Voice dimana guru banyak mendengarkan masukan dari siswa untuk konsep pembelajaran, Choice siswa diberikan kesempatan untuk memilih model pembelajaran, gaya belajar, tempat pembelajaran, dsb, dan Ownership siswa merasa memiliki pembelajaran karena dilibatkan dalam proses perencanaan sampai pelaksanaan. Keempat aspek VCO, telah berhasil mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, membuat pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan, mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, melakukan aksi nyata serta menjadi pemilik sejati bagi proses belajarnya sendiri. Manfaat yang bisa diambil dalam penerapan Student Agency dalam pembelajaran Bahasa Inggris ini adalah guru dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Oleh karenanya penulis berupaya mengambil peran dalam hal; Pertama, Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, siswa diberikan pilihan yang bervariasi dalam hal materi pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Tujuan utama dari pembelajaran berdiferensiasi yaitu untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat mencapai potensi maksimal mereka dan merasa termotivasi dalam proses belajar. Selain itu, sebagai salah satu bentuk kepedulian guru terhadap siswa, karena memberikan ruang kepada siswa untuk menyuarakan serta memilih pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Guru dapat mendengar dengan seksama apa saja yang menjadi kekuatan dan kebutuhan siswa. Saat suara dan pilihan siswa dilibatkan dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, maka sesungguhnya guru telah memberikan ruang bagi tumbuhnya kepemimpinan pada diri siswa. Contoh nyata yang biasa penulis temui di kelas adalah saat siswa mengkomunikasikan pemahaman materi Bahasa Inggris menggunakan media yang dapat mereka pilih sendiri sesuai dengan kemampuan dan minat mereka (diferensiasi produk). Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk memilih konten dan proses pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan di pertemuan berikutnya. Kedua, Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran agar siswa percaya diri dalam menampilkan Student Agency-nya, saya sering menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran seperti Think-Pair-Share dan Token Talk. Token Talk merupakan teknik diskusi kelompok yang melibatkan penggunaan token atau benda tertentu sebagai alat untuk berbicara. Ada lima token yang harus habis digunakan siswa, yakni token untuk berpendapat, bertanya, mendukung, memberikan ide dan menyimpulkan. Ketika siswa menggunakan token maka mereka memiliki kesempatan untuk berbicara sesuai dengan fungsi pada token tersebut. Teknik ini mendorong siswa untuk mendengarkan dengan lebih baik dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua siswa untuk berbicara. Tentu, penggunaan teknik ini sangat bagus untuk menumbuhkan Student Agency siswa dalam pembelajaran. Ketiga, Membangun ekosistem pembelajaran yang positif. Mengutip metafora Ki Hajar Dewantara bahwa mendidik murid ibarat “petani yang menumbuhkan padi”, maka sudah seharusnya guru secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung tumbuh dan berkembangnya Student Agency. Saya berupaya mengajak siswa untuk memberikan gambaran ideal terkait pembelajaran di kelas. Setelah muncul gambaran ideal maka langkah selanjutnya adalah melibatkan siswa dalam membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama. Budaya saling mendengarkan, menghargai dan menghormati tentu akan menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa dalam menyampaikan gagasan, keingintahuan, bahkan berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. Keempat, Jadilah mitra belajar bagi siswa. Sebagai mitra belajar, guru maupun siswa sama-sama menjadi pembelajar, keduanya saling memperkaya pengetahuan masing-masing, bahkan dapat saling memberikan umpan balik sehingga menciptakan suasana belajar yang positif, hangat dan produktif. Selain itu, penulis secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif siswa. Tak kalah penting penulis juga dapat mempertimbangkan sejauh mana tingkat tuntunan yang harus diberikan kepada siswa. Tuntunan yang baik akan menjadikan siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap suara dan pilihan mereka, sehingga pada akhirnya akan merasa memiliki proses pembelajaran tersebut. Kelima, Melakukan refleksi pembelajaran, karena kegiatan ini memberikan ruang bagi siswa untuk mengambil jeda dan merenungi apakah pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai, sehingga guru dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan performa dalam pembelajaran. Contoh model refleksi yang sering penulis gunakan adalah model 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan kedepan). Penulis membimbing agar siswa dapat menjelaskan pengalaman yang paling berkesan dalam pembelajaran. Siswa menuliskan apa yang telah mereka capai dan tidak tercapai dalam proses pembelajarannya sendiri, bagaimana perasaan mereka, pembelajaran atau nilai apa saja yang mereka dapatkan, serta penerapan kedepan yang dapat mereka lakukan agar pembelajaran berikutnya bisa lebih bermakna.
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan menerapkan Student Agency mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa. Melalui Student Agency, siswa diberi kesempatan untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran dan belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Selain itu, siswa dapat mengembangkan enam dimensi profil pelajar Pancasila yang diperlukan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Oleh : Lukman Afifudin, S.Pd.