
Ketika Goresan Sederhana Jadi Istimewa bagi Siswa
Menjadi seorang guru sudah menjadi cita cita saya sejak saya masih belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Alhamdulillah sejak lulus dari kuliah D1 Pendidikan Guru Pengajar Al Qur’an (PGPQ) pada tahun 2014 sampai dengan sekarang Allah mengizinkan saya menjadi seorang Guru di SMPIT Harapan Bunda Semarang.
Amanah menjadi penguji sudah saya jalani sejak tahun 2018, memang tidak mudah menjalaninya apalagi ketika siswa yang ujian tidak lulus karena tidak lancar, ada harokat dan makhroj yang kurang benar, bacaan tidak tartil, dan seterusnya sehingga saya harus menyatakan bahwa anak tersebut belum bisa lulus tes kenaikan surat atapun kenaikan juz. Tentu saja, ada perasaan sedih pada diri saya ketika menyatakan siswa tidak lulus, tetapi kembali lagi semua itu untuk kebaikan siswa agar hafalan mereka benar, lancar dan tartil (Mutqin).
Di sisi lain, ada perasaan bahagia dan bangga ketika ada siswa saat ujian membaca dengan lancar, tartil, dan jelas makhorijul hurufnya sehingga saya bisa menyatakan siswa tersebut lulus tes surat atau juznya, maka saya akan mengapresiasi dengan menyampaikan doa “ Baarokalloh Sholihah, Semoga terus terjaga hafalannya dan selalu dimudahkan dalam menghafal Al Qur’an” . Selain saya sampaikan secara lisan saya juga akan menuliskan pada catatan buku prestasi mereka dengan do’a yang sama tulisan Baarokalloh.
Pada suatu ketika ada guru kelompok yang menyampaikan kepada saya,
Guru : “Ustadzah tadi muridku setelah tes ada yang sedih”
Saya : “kenapa ustadzah? Karena tidak lulus tesnya?”
Guru : “Lulus ustadzah”
Saya : “Terus kenapa murid tersebut sedih ustadzah?”
Guru : “Dia lulus tes suratnya, tapi sedih karena di buku prestasinya tidak dapat tulisan Baarokalloh”
Saya : “Astaghfirullah, Afwan ustadzah tadi itu yang mengantri tes banyak banget sampai tidak sempat untuk menulis Baarokalloh di buku prestasinya, hanya menyampaikan secara lisan saja”
Guru : “Oooh, begitu ceritanya”
Saya : “Iya ustadzah”
Begitu kaget dan sedihnya saya mendengar hal tersebut, meskipun saya tidak menulis di buku prestasinya itu bukan karena sengaja, tetapi karena terlalu banyak antrian siswa yang tes, sehingga ucapan baarokalloh itu hanya saya sampaikan secara lisan dan tidak tertulis di buku prestasinya.
Pada keesokan harinya sayapun akhirnya menemui anak tersebut dan menyampaiakn maaf kepada anak tersebut, kemudian saya tuliskan ucapan do’a itu di buku prestasinya dan begitu bahagianya dia ketika di buku prestasinya tertulis Baarokalloh. Melihat hal itu sayapun ikut bahagia.
Dari kejadian tersebut menjadi pengingat bagi saya bahwa sesuatu yang menurut kita biasa, ternyata begitu bermakna dihati siswa. Sejak itu saya selalu mengingat untuk menulis ucapan Baarokalloh di buku prestasi siswa. Semoga do’a yang saya sampaikan dan saya tuliskan itu bisa menjadi penyemangat bagi mereka untuk terus belajar membaca, menghafal, dan semakin cinta dengan Al Qur’an.