Semarak Hari Anak Nasional
Era milenial saat ini, peran orangtua dalam pembentukan karakter anak sangat lah penting. Internet dapat memberikan efek positif, tetapi apabila anak tanpa pendampingan orangtua dalam memanfaatkan internet dapat berdampak negatif. Beberapa efek negatif dari kesalahan penggunaan internet diantaranya semakin maraknya kasus tentang kenakalan remaja dan pelecehan seksual pada anak.
Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli merupakan momentum penting untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi kita dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) peringatan Hari Anak Nasional juga untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran anak akan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya kepada orang tua, masyarakat, serta kepada bangsa dan negara.
Masa pandemi lalu, mengharuskan anak melaksanakan kegiatan belajar secara daring atau online. Maka, orang tua harus berperan penuh untuk pendampingan anak saat belajar daring. Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring membuat anak menjadi ketergantungan terhadap gadget, karena semua akses belajar melalui internet. Orang tua berperan penting sejauh mana anak memanfaatkan gadget. Dengan bantuan pengawasan orang tua, anak diharapkan hanya bisa mengikuti kelas online. Saat pembelajaran online, anak memang rawan untuk berselancar ke akses-akses internet yang tidak diharapkan, karena dapat memengaruhi karakternya.
Edukasi tentang seksual pada anak sesuai tahap perkembangannya sangat lah penting. Banyak orang tua yang tidak tahu sampai sebatas mana anak bisa memahami perihal seks dan seksualitas. Sering kali orang dewasa keliru dalam mempersepsikan istilah seks dan seksualitas. Inilah yang menyebabkan mereka akhirnya menjadi menutup diri pada anak. Ketika Anda mengajarkan seksualitas pada anak, sebenarnya Anda sedang mendidik anak mengenai proses kehidupan yang dimulai dari lahir, di masa balita, prasekolah, usia sekolah, praremaja, remaja, dan dewasa. Anak juga diajarkan mengenai ciri kepribadiannya, memberikan identitas yang kuat mengenai perannya sesuai gendernya, menginformasikan pengalaman menyeluruh mengenai menjadi laki-laki dan perempuan, serta dimensi peran gender.
Pendidikan seksualitas juga memberikan pemahaman mengenai sikap, nilai, moral, dan persepsi mengenai relasi yang sehat ketika anak menginjak dewasa serta bagaimana mereka harus menjaga kesehatan organ reproduksinya. Pendidikan seksualitas tidak akan mendorong anak untuk melakukan aktivitas seksual, sebaliknya mendorong anak untuk memiliki relasi yang positif dan pemahaman yang positif tentang seksualitas di masa yang akan datang.
Kegagapan orang tua dalam menjelaskan persoalan seksualitas pada anak sepertinya dipengaruhi oleh budaya mayoritas masyarakat kita yang masih menganggap bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan tidak perlu dibicarakan dalam keluarga. Padahal, Ketika anak bertanya berarti ada kebutuhan dalam diri anak untuk mendapatkan jawaban. Artinya, anak mulai menyadari keberadaan dirinya dan orang lain dalam lingkungan. Secara alami muncul rasa penasaran, ingin menjelajah, dan melakukan kegiatan eksperimental untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Anak yang minim informasi seputar seksualitas mudah terlena oleh bujuk rayu para predator yang ada di sekitar anak.
Hari Anak Nasional hingga saat ini dirayakan dengan berbagai macam cara serta kegiatan. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang pada tahun ini mengadakan berbagai kegiatan lomba. Lomba ini dapat diikuti dengan 3 kategori diantaranya anak SD/Mi (usia 6 s/d 12 tahun), SMP/MTs (usia 13 s/d 15 tahun), dan lomba terbuka untuk umum (disabilitas dan non disabilitas). Ada berbagai lomba yang diadakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) diantaranya; lomba yang bisa diikuti tingkat SD/Mi yaitu mendongeng dan tari kreasi modern. Lomba yang bisa diikuti tingkat SMP/MTs yaitu lomba koreografi jingle “Jo Kawin Bocah” dan lomba drama.
Peringatan Hari Anak Nasional yang diadakan DP3A tahun ini sangat menarik minat khalayak umum untuk ikut meramaikannya. Jenis lomba yang dilombakan diharapkan secara tidak langsung dapat memengaruhi pembentukan kepribadian anak agar menjadi lebih baik. Anak diharapkan bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dilakukan. Lomba ini, juga menuntut kreativitas anak untuk berkarya yang terbaik dan melatih kepercayaan dirinya.
Oleh: Saidati Wafiah, S.Pd.